Monday, July 8, 2019

cara mengatasi karyawan agar disiplin

Setiap pegawai memang meiliki watak yang beragam. Ada yang pandai berargumentasi, ada yang pendiam, ada yang disiplin, ada yang kerja semaunya, dll yang kesemuanya tetap ingin mencapai tujuan kerja yakni “kerjaan kelar”. Perbedaan watak menjadi kunci utama pengusaha atau manajer SDM dalam mengendalikannya agar mau mengikuti aturan perusahaan setidaknya bisa diajak disiplin.
Ajakan-ajakan dengan metode pendekatan bisa menjadi pilihan yang “luwes” dan sederhana untuk mengubah kebiasaan buruknya menjadi kebiasaan yang menguntungkan bagi perusahaan dan tentu saja bagi dirinya sendiri. Kebanyakan pihak HRD atau psikolog mudah yakin dengan alat tes psikologi yang diselenggarakan pada saat rekrutmen padahal alat tersebut hanya memberikan pengungkapan yang belum tentu akurat. Bisa saja pegawai tersebut bekerja dengan semangat dan senyum padahal pikiran dan perasaannya tidak mencerminkan apa yang dia tunjukkan. Ketahui lebih mendalam pikiran, perasaan, keinginan, dan keperluannya dengan berinteraksi.
Berikut ini beberapa metode yang mungkin bisa diterapkan di perusahaan Anda:
  1. Pantau pegawai dalam beberapa kesempatan tanpa diketahui oleh pegawai tersebut bahwa dia sedang dipantau. Pemantauan ini untuk melihat bagaimana pegawai menunjukkan sikap kerjanya setiap hari bahkan setiap saat. Dari sinilah HRD bisa menggambarkan atau menilai kinerjanya.
  2. Telaah sifat batin atau temperamen. Poin ini yang paling sering diabaikan oleh perusahaan sebab dianggap sebagai hal yang tidak penting mengetahui sifat seseorang. Padahal tindakan ini memiliki pengaruh yang sangat signifikan agar terjalin komunikasi dua arah.
  3. Cari tahu persoalan pegawai. Entah itu persoalan kerja atau bahkan persolan pribadi harus diketahui pihak HRD agar dicarikan pemecahan masalahnya. Ketidakpedulian pada hal ini akan mengakibatkan pembangkangan pegawai, keluh kesah pegawai, bahkan dapat merusak kredibilitas perusahaan jika pegawai tidak dapat mengendalikan diri ketika berhubungan dengan klien.
  4. Komunikasi dua arah. Setelah memahami karakter dan permasalahan pegawai, ajak pegawai untuk berdiskusi. Yakinkan bahwa segala rahasia masalah yang dipendam pegawai dapat menjadi rahasia berdua antara 1 orang HRD dengan 1 pegawai bersangkutan kemudian dicarikan solusi yang tepat. Komunikasi dua arah juga dapat memperkecil peluang kesalahpahaman.
  5. Jadikan pegawai sebagai tenaga yang produktif sesuai dengan keahliannya dan dapat dipercaya. Pemberian tanggung jawab kepada pegawai sekaligus memberikannya kepercayaan membuatnya dapat menyalurkan bakat keahliannya. Terlebih lagi jika seorang pegawai yang sudah lama berkutat pada job yang itu-itu saja dapat membuat kejenuhan yang luar biasa.
  6. Kembangkan pola pikir pegawai tentang ritme pekerjaan yang searah dengan tujuan perusahaan. Berikan pemahaman bahwa bekerja bukan hanya menjadi hal yang rutin dan monoton, tetapi juga saling bergandingan tangan dengan perusahaan untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan. Di sini perusahaan mempersilakan pegawai untuk menyampaikan ide-ide baiknya. Dengan demikian, pegawai akan merasa dihargai dan berada dalam suasana kekeluargaan.
  7. Berikan penghargaan atau hukuman. Hal ini sudah jelas bahwa pegawai yang kreatif dan memiliki kinerja yang baik dan penuh inovatif layak diberi penghargaan misalnya dengan kenaikan gaji, hadiah, dll. Sebaliknya pegawai yang memiliki nilai kinerja menurun akibat sikap kerja yang tidak baik (semaunya saja) harus diberikan hukuman.
  8. Berikan teladan dari para pemimpin bagi para stafnya. Peraturan yang dibuat oleh perusahaan seharusnya menjadi cerminan dari sikap para pemimpin (pejabat tinggi perusahaan), namun tidak jarang peraturan hanya tinggal aturan yang artinya orang yang dijadikan panutan justru tidak mengacuhkan apa yang dianjurkan kepada pegawainya alias sama-sama melanggar. Kebiasaan baik petinggi perusahaan akan menurun ke stafnya dan begitu seterusnya bagi staf-staf baru.

No comments:

Post a Comment